Sejarah Pancuran Sendang Depok dan Desa Sodong Batang

Table of Contents
Sejarah Pancuran Sendang Depok dan Desa Sodong Batang - Setelah masyarakat desa Gringgingsari memeluk agama Islam, wabah penyakit kini sudah hilang sama sekali. Masyarakat tentram dan hatinya lega. Aktifitas sehari-hari bisa berjalan kembali dengan lancar. Mereka juga mulai giat belajar mendalami ajaran Islam dibawah bimbingan Syekh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Kajoran.

Desa Sodong Batang
Pada suatu hari Pangeran Kajoran mengajak beberapa orang pergi ke hutan mencari bambu untuk dibuat rangken atau bahan atap pembuatan masjid desa Gringgingsari. Ketika sampai di hutan dan sudah tiba masuk waktu shalat beliau mencari air untuk berwudlu, namun tidak ada sumber air yang dijumpainya. Akhirnya beliau menancapkan tongkatnya ke tanah, dengan izin Allah keluarlah air dari bekas tongkat yang ditancapkan oleh beliau. Dari situlah bukti karomah yang dimiliki oleh Pangeran Kajoran selaku seorang Waliyullah. Kemudian dibuat pancuran dari bambu. supaya air tersebut lebih mudah digunakan untuk berwudlu. Kemudian mereka menjalankan shalat di hutan tersebut. Bahkan Pangeran juga sempat berniat untuk mendirikan masjid di kawasan tersebut namun urung. Akhirnya tersebut dinamakan garung dari kata langgar yang wurung atau tidak jadi. Setiap selasai shalat merekapun selalu istirahat sambil ndeprok / duduk-duduk untuk menghilangkan lelah. Maka dari istilah inilah tempat tersebut dinamakan Depok yang asalnya dari kata ndeprok. Sampai sekarang pancuran Depok masih menjadi tujuan utama para penziarah untuk mandi dan mengambil airnya. Atas izin Allah air tersebut dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Dan yang lebih istimewa air tersebut bisa langsung diminum tanpa harus dimasak lebih dahulu. Rasanya begitu segar sekali apalagi kalau kita meminumnya langsung dari pancuran. Bahkan air di pancuran Depok mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi yang sangat berguna sekali untuk kesehatan tubuh bagi yang meminumnya. Lokasi pancuran Depok kurang lebih 2 km arah selatan desa Gringgingsari dengan jalan agak menanjak terutama di gunung Klengkong. Mulai tahun 2009 jalan ke arah sana sudah mulai dilebarkan dan bisa di lalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Namun karena belum diaspal jadi kalau habis hujan tidak bisa dilalui.

Pancuran Sendang Depok dan Desa Sodong Batang
DESA SODONG

Untuk selanjutnya mereka melanjutkan perjalanannya masuk hutan, keluar hutan, namun belum juga menemukan bambu yang dicari. Kemudian mereka membuat sebuah tempat untuk berteduh namanya sodong ( ompyong ). Dari sinilah kemudian nama desa Sodong lahir yang letaknya di sebelah selatan Gringgingsari. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya kembali untuk mencari bambu. Akhirnya mereka pun menemukan rumpun bambu yang dicari. Kemudian bambu tersebut ditebang dan dibawa ke tanah lapang untuk dipotong-potong. Rumpun bambu yang kemudian tumbuh lagi oleh masyarakat desa Sodong disengker artinya tidak boleh ditebang oleh siapapun kecuali untuk kepentingan umum. Tempat tersebut dinamakan dapuran larangan / rumpun terlarang.

Pancuran Sendang Depok dan Desa Sodong Batang
Mereka bekerja berhari-hari. Bekas tempat istirahat mbah Pangeran Kajoran bekerja juga disengker oleh masyarakat desa Sodong, yang melarang siapapun untuk duduk di atasnya. Konon katanya barangsiapa yang berani duduk di tempat tersebut akan kena laknat atau bebendu. Tempat tersebut kemudian dipagari supaya tidak diceroboh oleh siapapun. Tapi tempat tersebut sekarang sudah tidak berbekas karena perkembangan zaman. Pada tahun 1973 tempat tersebut terkena proyek pembangunan Sekolah Dasar Inpres dan pelebaran jalan, dan akhirnya pagar tersebut dibongkar.

Artikel Tentang Pancuran Sendang Depok dan Desa Sodong Batang Bersumber dari gringgingsari.wordpress.com/2011/08/11/sejarah-desa-gringgingsari Foto Curug Gringgingsari kiriman dari Agustin Ayunk